Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah ( Peluang Usaha Menjanjikan )- Budidaya Lobster Air Tawar . Salah
satu olahan dari makanan hasil laut yang memiliki citarasa tinggi
adalah lobster. Meski satu porsi lobster bisa dihargai sampai dengan
ratusan ribu rupiah, namun rupanya tidak menurunkan minat konsumen untuk
membeli sajian kuliner yang tergolong mewah ini. Pada kenyataannya
pasokan lobster ternyata masih kurang bila dibandingkan dengan tingkat
permintaan dari para pengusaha restoran seafood.
Oleh karena itu, budidaya lobster bisa menjadi peluang bisnis yang
menggiurkan bagi Anda yang ingin terjun ke dunia wirausaha. Budidaya
lobster bisa dilakukan dengan air tawar di sekitar halaman rumah.
Berikut ini beberapa tips bagi Anda yang ingin mencoba berbisnis lobster
air tawar. Untuk lebih jelasnya berikut informasi selengkapnya
mengenai Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah ( Peluang Usaha Menjanjikan ) .
Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah ( Peluang Usaha Menjanjikan )
Syarat hidup Lobster Air Tawar
Lobster Air Tawar biasanya bisa bertahan hidup pada parameter
air cukup lebar. LAT juga toleran pada jumlah oksigen terlarut yang
rendah. Namun, untuk bisa tumbuh dengan baik dalam kondisi seperti ini
tentunya cukup sulit. Agar bisa tumbuh dengan baik, LAT membutuhkan
kandungan oksigen terlarut diatas 4 ppm. Selain itu, Lobster Air Tawar cukup
toleran pada suhu yang sangat dingin sampai suhu panas diatas 35 °C
sekalipun. Namun sebagai saran, sebaiknya LAT dipelihara dalam suhu
sekitar 25-29 °C.
Sedangkan untuk tingkat keasaman air, Lobster Air Tawar dapat
hidup dalam perairan yang kisaran pH-nya sedikit alkalin yakni antara
7-9. Lobster Air Tawar jarang sekali dijumpai hidup pada perairan
dengan dengan pH dibawah 7. Untuk kandungan kapur yang diperlukan bagi
media hidup LAT adalah sedang sampai tinggi. Kondisi ini perlu
dikondisikan untuk menjaga kadar kalsium terlarut tetap tinggi sehingga
mendukung pembentukan cangkang LAT.
Media hidup Lobster Air Tawar
Media yang bisa digunakan untuk pembudidayaan Lobster Air Tawar sangat
bervariasi. Umumnya LAT diternakkan secara extensif dalam kolam tanah.
Dalam budidaya extensif, peternak lobster hanya meletakkan indukan dalam
kolam tersebut ketika kolam dikeringkan. Lobster yang ukurannya sudah
mencapai ukuran komersial kemudian dijual sedangkan sisanya dikembalikan
lagi ke dalam kolam tanah. Sedangkan pada proses budidaya intensif,
peternak mulai memberikan pakan pada lobster dengan bermacam
sayur-sayuran termasuk diantaranya pakan komersil. Hasil yang diperoleh
menggunakan budidaya intensif mampu memberikan hasil lebih baik daripada
budidaya secara extensif. Selain kolam tanah, media lain untuk
budidaya lobster biasanya berupa kolam fiber / tank atau kolam semen.
Kolam fiber maupun kolam semen banyak digunakan dalam pembesaran
burayak. Di Indonesia sendiri,budidaya Lobster Air Tawar banyak
ditemukan pada skala rumahan saja, utamanya pada pembenihan.
Proses Pembenihan Lobster Air Tawar
Membedakan jantan dan betina
- Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling muda adalah menggunakan teknis visual dari atas.Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan pada lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan telurnya.
Pemilihan Induk Lobster air Tawar
- Pilih indukan yang berukuran di atas 4 inci (10 cm) atau berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan memiliki jumlah anakan cukup banyak.
Tips memilih calon indukan yang berkualitas;
a. Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang lain
b. Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat
c. Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya
ada indukan yang mempunyai indukan betina, tetapi juga memiliki kelamin
jantan (sering di sebut dengan lobster banci). Lobster tersebut
kemungkinan besar tidak bisa bertelur
d. Pilih lobster yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang
kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya kecil. Ciri tersebut menandakan
lobsterkurang makan.
e. Kawinkan lobster minimum ketika berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6bulan. Semakin kecil (muda) lobster di kawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat. Misalnya, jika mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5cm) dan 4 inci (10 cm) akan jauh lebih cepat daripada yang 3 inci. Namun,
bukan berarti ukuran tubuh anakan lobster 3 inci tidak bisa melebihi
tubuh induknya. Lobster tersebut tetap bisa tumbuh melebihi induknya
tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster ukuran 3 inci memiliki jumlah
telur 15 maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa
menghasilkan telur 200 butir.
f. Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan
lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling
bagus baru di kawinkan setelah masing-masing mencapai ukuran minimum
4 inci (10 cm).
g. Perlu juga diketahui asal usul lobster atau keluarganya pilih jenis
lobster yang murni dari spesies tertentu agar pertumbuhan anakan lobster
lebih baik
3. Mengawinkan Lobster
Gabungkan indukan jantan dan betina lobster menjadi satu dalam suatu
media akuarium yang berukuran 1x 0,5 meter tinggi 25 cm bisa di masukan
sekitar 5 lobster betina dan 3 lobster jantan. Satu jantan prinsipnya
mampu membuahi 30 betina tetapi dalam perkawinan di akuarium digunakan 3
lobster jantan karena dalam perkawinan tersebut lobster betina lebih
dominan dalam memilih pasangan yang cocok sehingga jika hanya ada 1 ekor
lobster jantan di dalam akuarium, kemungkinan ke 5 lobster betina untuk
kawin dan bertelur semua menjadi lebih kecil.
Kebiasaan lobster dalam melakukan perkawinan saling mencari kecocokan. Ketika mengawinkan lobster, ukuran tubuh lobster jantan dan betina tidak harus sama karena di habitat aslinya, lobster jantan memang memiliki tubuh lebih besar daripada lobster betina.
Jika media perkawinan menggunakan akuarium ukuran 1x 0,5 x 0,5 meter,
letakan minimum 8 buah pipa paralon berdiameter 2 inci dan panjang 15-20
cm, tergantung pada ukuran indukan. Indukan berukuran 4 inci, panjang
paralon yang di gunakan 15 cm dan indukan dengan ukuran 5-6 inci panjang
paralonnya 20 cm. Dua minggu setelah lobster jantan dan betina di
gabungkan biasanya sudah ada indukan bertelur.
Lobster dalam masa perkawinan akan saling berhadap-hadapan membentuk formasi huruf Y. Lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakannya di dekat pangkal ke dua kaki lobster betina. Sperma tersebut berwarna putih, menggumpal, agak keras, dan larut ke air. Setelah di buahi, lobster betina akan menyingkir dari lobster jantan sampai perlahan-lahan mengeluarkan telurnya dari
lubang pangkal kaki ketiga melewati sperma lalu turun ke ekor atau
abdomennya. Telur di kumpulkan didalam abdomennya sambil ekornya menutup
rapat selama seminggu pertama.
4. Pemindahan Induk Pengeraman dan Penetasan Telur16
Setelah minggu ke-2 atu ke-3 telur baru dapat menempel dengan baik di kakirenangnya, dan si betina akan berjalan keliling dengan ekor terbuka sehingga telurnya dapat terlihat. Dalam keadaan seperti ini induk dapat dipindahkan dari akuarium perkawinan, ke kolam penetasan yang berukuran 1x 2 meter, atau ke kolam penetasan masal menggunakan kurungan keranjang. Resiko meletakan induk ke dalam akuarium adalah harus memindah-mindahkan lagi, karena setelah satu bulan harus di pisah-pisahkan lagi ke dalam akuarium
Ciri Ciri Proses Pematangan Telur :
a. Minggu kedua bentuk telur masih bulat
b. Minggu ketiga mulai terlihat dua bintik hitam pada telur. Binitk hitam tersebut merupakan embrio
c. Minggu keempat, capit, sungut, dan kakinya mulai tumbuh. Pada fase
ini, lobster masih belum bisa mandiri. Jika fase ini telur rontok dari
induknya kemungkinan besar embrio tersebut akan mati. Ketika menempel di
kaki renang induknya, ibunya akan dengan telaten merawat embrio
tersebut dengan cara menggoyang-goyangkan kaki renangnya untuk
memberikan oksigen pada anak-anaknya, sering kali si induk akan
merapikan telurnya menggunakan kaki jalannya.
d. Minggu kelima hampir seluruh kuning telur sudah habis. Ketika, embrio mulai lepas satu persatu dari induknya untuk mencari makanan sendiri.
Meskipun sudah lepas, embrio bisa saja menempel ke kaki renang induknyasehingga ketika anakan sudah lepas sekitar 70%, sisanya sebanyak 30% yangmasih menempel sebaiknya dirontokan saja karena di khawatirkan nalurinkeibuannya sudah hilang akibat terlalu lama menggendong telur.
Setelah bersih, si induk betina dipindahkan ke akuarium lain untuk
istirahat selama dua minggu sampai berganti kulit. Tujuannya, jika
berganti kulit, ukuran lobster menjadi semakin besar, sehingga semakin
banyak juga jumlah anakan yang dihasilkan pada penetasan berikutnya
karena semakin besar tubuh lobster betina, kapasitas penyimpanan
telurnya akan bertambah besar. Semakin bertambah usia dan ukuran
lobster, jumlah telurnya terus bertambah, tetapi frekuensi bertelurnya
menjadi lebih jarang. Ketika sedang dalam masanistirahat panjang (1
bulan), ada kemungkinan induk sudah matang gonad. Induk seperti ini
dapat mengeluarkan telur sendiri tanpa dibuahi. Namun, telur yang
dihasilkan adalah telur kosong sehingga ketika induk menggendong telur
selama 1-2 minggu dan merasakan bahwa telur yang digendongnya tidak ada
pertumbuhan maka telur tersebut akan dimakannya.
Apabila air ditempat perkawinan dan air ditempat penetasan memiliki
perbedaan suhu dan pH, letakan terlebih dulu lobster yang sedang
bertelur tersebut 17 kedalam baskom yang diisi dari akuarium perkawinan
baru kemudian dipindahkan kekolam penetasan dengan dipercik-percikan air
kolam supaya suhu dan pH air di baskom stabil.
5. Pemeliharaan Benih
Setelah menetas, anakan lobster tidak cocok diberi makanan dari jenis
sayuran dan umbi-umbian sebaiknya merekan diberi cacing sutera atau
cacing beku sehingga bisa memacu pertumbuhan denga baik. Jumlah pakan
yang diberikan sebaiknya 3% dari berat badannya. Pada pagi hari pakan
yang diberikan sebanyak 2% dan sore hari
75%.
6. Kematian Benih Lobster
Kematian benih biasa dipicu oleh kegagalan dalam pergantian kulit yang
pertama kali. Meskipun demikian, perlu diperhatikan adanya bahaya
pencemaran racun yang bisa muncul, misalnya racun bekas semprotan
(fogging) DemammBerdarah Dengue (DBD). Maka dari itu sebelum
penyemprotan sebaiknya semua media ditutup dengan plastik, apabila perlu
matikan aeratornya.
7. Panen Benih
Dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm alat yang digunakan adalah ember
plastik scoopnet berukuran 20 x 10 cm. Sementara itu saat yang baik untuk
pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi berada dilingkungan terbuka, kualitas dan
parameter air yang digunakan harus sama dengan air dalam akuarium agar benih
tidak menjadi stres. Sebaiknya air yang digunakan berupa air baru, bukan dari
akuarium karena biasanya telah kotor. Perlu diketahui, tingkat sensitifitas benih
berukuran 20 hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan
dengan ukuran lebih besar.
8. Simulasi Usaha Pembenihan
Simulasi usaha yang dilakukan dilahan pekarangan rumah dengan menggunakan
bak tembok adalah sebagai berikut :
a) Luas keseluruhan 100 m2
- Lahan perawatan induk seluas 30 m2
.
- Lahan pemijahan 20 m2
.
- Lahan pembenihan 40 m2
- Lahan untuk tendon air dan lain-lain 10 m2
.
b) Wadah pembenihan berupa bak tembok dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m
sebanyak 35 bak
c) Sarana dan prasarana
1) Prasarana
- Pengadaan induk 30 pasang. Perbandingan induk jantan dan betina
1 : 3.18
- Perbaikan/pembuatan kolam.
- Pengadaan peralatan :
o Thermometer.
o pH meter
o Water heater.
o Pompa air dan aerator
2) Sarana
- Pakan
- Pakan induk berupa pellet dengan kandungan protein 30%
sebanyak 2-3% berat ikan. Frekuensi pemberian pakan sebanyak
3 kali. Selama induk di kolam perawatan diberi pakan pelet
dengan penambahan pakan alami, seperti tauge dan cincangan
wortel.
- Pakan larva berupa plankton dari jenis daphnia, klorela, tubefix,
rotifer sebanyak 1% dari berat biomas.
- Pakan benih berupa pakan alami, seperti cacing.
d) Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional 1 orang
e) Jumlah induk jantan 30 ekor dan induk betina 90 ekor.
f) Frekuensi pemijahan 3 kali setahun.
g) Jumlah benih yang dihasilkan dari 90 ekor induk betina yang bertelur 1.000
butir dengan SR 80% dan frekuensi pemijahan 3 kali adalah 90 x 1.000 x 3 x
80% = 216.000 ekor per tahun.
h) Siklus periode pembenihan lobster 2-3 bulan.
B. Pembesaran
Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang
siap dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias.
Pembesaran lobster sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju
pertumbuhannya, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi
akan semakin pendek.
Pertumbuhan pada lobster dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan
mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran rata-rata yang
dicapai oleh lobster dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi
didefinisikan sebagai ukuran panjang apa berat yang dicapai dalam periode tertentu
yang di hubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.
Secara umum, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara 19
faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan, antara
lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena
pertumbuhannya lebih cepat daripada yang betina apalagi ketika memasuki tahap
pembesaran energi yang dimiliki lobster betina tidak hanya untuk membesarkan
dagingnya, tapi juga untuk memelihara telurnya.
1. Persiapan Kolam
Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan dari zat beracun terutama bagian
dasar kolam umumnya, zat beracun berasal dari polutan pakan dan bangkai lobster
pada periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah
yang berbau tersebut dikerok dan dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan
dipupuk seperti pada persiapan pembenihan.
2. Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
Sebelum kolam diisi dengan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan
pengeluaran air sudah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan
dengan jumlah benih yang akan ditebar. Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat
bekerja dengan baik.
1. Persiapan Benih
Rekondisi pertama dilakukan dengan mencipratkan air pada benih pada
sebuah wadah, misalnya ember. Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh
benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi kuat dan diusahakan kondisi
kolam gelap (diberi penutup). Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
Sebelum menebar benih, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1) Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar
26-290
C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
2) Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran
3) Sistem aerasi sudah berjalan dengan baik. Areator atau blower harus
sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar
2. Menebarkan Benih
Jika media pembesaran berupa kolam semen, bagian atas kolam tersebut
sebaiknya diaci apa dikeramik atau paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari
wadah pembesaran harus dibuat licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya
harus diberi pagar dari karpet talang air selain itu, selang masuknya air atau
kabel listrik sebaiknya dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan
sebagai tempat memanjat lobster. 20
Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun
mendapatkan benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya,
perbedaan ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga tidak lebih dari 10 gram.
Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa
pemeliharaan 6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau
memperlambat laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya
diatas permukaan kolam tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih
dengan cara dilempar karena dapat merusak organ dalam dan organ luar.
3. Pemberian pakan
Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.
Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu
sayuran maupun daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus
ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang cuckup baik di beri untuk
lobster adalah daging, cacing sutera dan blood worm. Namun, jika cacing sutera
atau cacing tanah diberikan harus ada perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari
sungai atu baru dibeli dari pedagang harus diendapkan terlebih dahulu selama
satu hari. Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga
yang tersisa hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan
menggunakan cacing beku untuk pakan lobster-lobsternya.
Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster.
Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00
pakan sebnayak 25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase
pemberian makan malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan
nokturnal yang aktif pada malam hari.
Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan adalah
dengan menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal,
kemudian menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan tersebut.
Cara ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara logis antara
pertumbuhan dengan pakan yang dapat dijadikan pola yang lebih terukur.
4. Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan
dan faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling
tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa
diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur lobster, tingkat
pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya semakin kecil).21
5. Pencegahan Hama dan Penyakit
Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan
penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja
diperlukan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan
menyebabkan kematian adalah sebagai berikut :
1) Saprolegnia dan Achyla
Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster dan menyerang
telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur
akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah
pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas.
Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya
mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster yang
terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
2) Cacing jangkar
Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh
dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang
terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lender yang
memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh,
dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster
yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam
1 liter air) selama 10-20 menit.
3) Argulus foliaceus
Serangan argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah
pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat
anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa
mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan
lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam 1
mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah
itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganate sebanyak 1 gram yang
dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon,
Masoten, dan Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium
puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa membahayakan
lobster.
4) Larva cybister (ucrit)
Larva cybister (ucrit) adalah hewan yang bentukya seperti ulat,
tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm.
hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di kepala sebagai alat untuk
menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh belakang, ucrit memilik 22
alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya
terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva cybister termasuk hewan
berdarah putih.
5) Linsang
Linsang atau sero adalah hewan berkaki empat, berbulu, dan berekor
panjang. Tubuhnya mirip kucung, tetapi ukurannya lebih panjang. Bila
terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini
banyak ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat
persembunyian sero sangat susah ditemukan.
Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat
susah ditangkap. Selain itu, penciumannya juga sangat tajam, meskipun
dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya
pencegahan yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak.
Pencegahan lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini
membutuhkan biaya yang sangat besar.
6. Penyaing
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi lobster air
tawar dalam hicdupnya, baik mengenai pakan maupun ruang untuk bergerak.
Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat bias dalam perhitungan FCR.
Jumlah pakan yang diberikan ternyata tidak seluruhnya dikonsumsi oleh lobster
air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan yang di tebar oleh pembudidaya.
hitungan FCR menjadi lebih tinggi.
Beberapa jenis penyaing yang sering hidup bersama lobster air tawar
dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti trisipan dan concong, ikan liar seperti
mujair, ketaman-ketaman serta udang kecil-kecil.
Untuk mengendalikan beberapa kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya
pemberantasan agar tidak bersaing dalam mendapatkan pakan dengan lobster
air tawar. Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan dalam pemberantasan
kompotitor:
1) Biji Teh
Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan biji teh yang diperas
minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak diproduksi dicina. Kadar saponin
dalam setiap bungkil biji teh tidak sama tetapi biasanya dengan 150-200 kg
bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup relatif mematikan ikan liar
atau buas tanpa mematikan lobster air tawar yang dipelihara.
Dosis yang digunakan sekitar 200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar,
volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/3-nya saja. Dengan demikian, 23
dosis yang digunakan saponin menjadi lebih encer. Penggunaan bungkil ini
akan lebih efektif jika dilakukan pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00
Sebelum digunakan, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian
direndam didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air
tersebut dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil,
aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu
di antisipasi yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air buangan
dipastikan telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa bersifat
racun bagi lingkungan sekitar.
2) Rotenon dari akar deris (tuba)
Akar deris dari alam mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil
lebih banyak mengandung rotenone. Zat ini dapat membunuh ikan pada
kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh
berbeda.
3) Nikotin
Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat diberantas dengan nikotin pada
takaran 12-15 kg/ha. Selain nikotin, kompetitor dapat di berantas dengan
sisa-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam
sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm.
Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari agar racun
nikotinnya dapat membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai
habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa
dicuci dulu
sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai
pupuk.
7. Penyaing
Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung, dan kucing juga
harus diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak
murni disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam
pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang
padalobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya akan
lepas dan lobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi
dengan meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum
dan sesudah pergantian kulit berlangsung.
8. Pencagahan
Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :24
a) Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hamahama
mati.
b) Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
c) Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke kolam.
d) Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui
filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat
tertahan oleh filter tersebut.
e) Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara
kimiawi.
f) Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar
yang digunakan yaitu seng, semen, atau jaringan.
Sementara upaya pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
b) Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh
hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.
c) Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
d) Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
e) Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran
yang seragam untuk menurunkan tingkat kanibalisme.
f) Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh lobster.
g) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti burung, dan siput.
9. Pemanenan
Pemanenan lobster air tawar dilakukan ketika ukurannya telah mencapai
ukuran standar yang diminta pasar. Saat ini, ukuran yang banyak diminta
pasar sekitar 10-12 ekor/kg atau 85-100 gram. Semakin besar ukuran,
semakin dicari oleh pasar. Permintaan pasar oleh lobster air tawar tidak
hanya semata-mata hanya pada ukuran. Keutuhan capit juga menjadi syarat
yang mutlak untuk diterima pasar. cara memanen lobster tergantung pada
sistem kolam yang digunakan.
1) Pemanenan pada kolam sistem monik
Kolam sistem monik memiliki saluran pembuangan dari papan. Sementara
pada bagian dasarnya memiliki kemalir yang kedalamnya melebihi dasar
kolam lainnya. Jenis kolam ini bisa digunakan untuk 25
pembenihan maupun pembesaran lobster air tawar. Cara pemanennya
sebagai berikut ;
a) Pasang saringan didepan pintu pengeluaran (monik).
b) Cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga
mencapai ketinggian papan dibawahnya. Cabut papan kedua dan biarkan air
terbuang.
c) Siapkan ember yang telah berisi air. Sebaiknya ember diisi dengan air
yang berasal dari kolam agar suhu dan pH nya sama ketika dipindahkan,
bibit tidak terlalu stres.
d) Sambil menunggu air surut, angkat subtract. Bibit-bibit akan menempel
pada subtract. Masukan subtract dengan bibit kedalam ember.
e) Jika telah penuh dengan subtract, pindahkan bibit beserta dengan
subtractnya ke hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat pemanenan.
f) Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga agar airnya lebih
surut. Biasanya bibit yang tidak menempel pada subtract akan berkumpul
di kemalir. Tangkap sisa bibit tersebut menggunakan scoop net, lalu
masukan keember atau ke hapa.
2) Pemanenan di kolam bersistem sipon.
Adapun tahap pemanenan lobster air tawar sistem sipon sebagai berikut
Adapun tahap pemanenan lobster air tawar sistem sipon sebagai berikut
;
a) Cabut pipa PVCD yang menghubungkan saluran pembuangan
mendatar. Air akan keluar dengan sendirinya.
b) Pada pintu saluran pembuangan didalam kolam pasang saringan dari
jaring agar bibit atau ukuran konsumsi tidak ikut terbuang bersama air.
c) Sambil menunggu air surut, ambil subtract yang terisi oleh lobster air tawar dan masukan kedalam ember
d) Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam tempat penampungan.
3) Pemanenan pada kolam Jenis Lain
Kolam jenis lain disini yaitu kolam dengan sistem pembuangan selain
sistem sipon dan monik. Biasanya, kolam ini tidak memiliki sistem
pembuangan yang baik oleh karenanya, cara pemanenan lobster pada kolam
ini sedikit berbeda dengan jenis kolam lainnya. Adapun cara
pemanenan pada kolam sebagai berikut ;26
a. Sambungkan selang pada mesin pompa dan ujung selang dipasang jaring atau kawat ram
b. Masukan ujung selang kedalam dasar dan hidupkan pompa
c. Ketika air sudah mulai surut, ambil lobster beserta subtractnya dan masukan kedalam ember.
d. Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam
penampunganDemikianlah informasi lengkap mengenai Cara Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah ( Peluang Usaha Menjanjikan ) untuk anda sekaliakami harap informasi tersebut dapat bermanfaat untuk anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar